Minggu, 02 Agustus 2009

Antara kecerdasan atau kecerobohan SBY

Antara kecerdasan atau kecerobohan SBY
Indonesia kembali terguncang pada tanggal 17 juli 2009 setelah bom menghancurkan hotel JW Marriot dan Ritz Carlton di kawasan Mega Kuningan yang berakibat 9 orang meninggal dunia dan puluhan orang terluka. Kejadian tersebut membawa angan kita kembali ke september 2004 dimana terjadi peledakan bom di depan kedutaan Australia di Kuningan setelah berlangsungnya pesta demokrasi, pemilu. Peledakan bom pasca pemilu 2004 seharusnya menjadi pelajaran bagi BIN, POLRI dan pemerintah untuk waspada namun ternyata peringatan itu ibarat angin lalu, apa yang terjadi sekarang ini sebagai sebuah bukti tidak ada pengawasan yang berimbang, perhatian terlalu berlebih terhadap pemilu. Kondisi tersebut semakin menambah kesan ketidaknetralan institusi pemerintah terhadap proses pemilu.
Pemilihan kedua hotel yang merepresentasikan pelayanan Indonesia terhadap luar negeri merupakan pilihan yang tepat, disamping pemilihan momentum. Pelaku menerapkan strategi efektif, dengan target minimal berupa simbol-simbol asing yang tidak beefek besar secara langsung kepada masyarakat Indonesia, sehingga akan mengurangi resiko jatuhnya korban dari bangsa sendiri. Menyerang sarana dan prasarana vital seperti pembangkit listrik, kilang minyak akan bedampak besar kepada kelangsungan hidup rakyat banyak namun, buksnefek besar kepada luar negeri karena tempat tersebut banyak dikunjungi oleh warga negara asing yang berlibur, berbisnis sehingga apabila terjadi sesuatu hal yang tidak mengenakan maka dunia luar akan segera menyorotnya.
Motif yang mendasari pelaku menurut analisa yang berkembang dari berbagai pihak lebih menekankan pada motif politik. Hasil hitung cepat yang menempatkan capres SBY sebagai pemenang pemilu menyebabkan dua kelompok yang berkepentingan menyampaikan pesan kepada SBY-Boediono. Kelompok kepentingan pertama berasal dari internal dalam negeri Indonesia. Mereka adalah yang tidak puas dengan hasil pilpres yang memenangkan calon incumbent. Pihak yang tidak puas tersebut memiliki kemampuan dana, keahlian dan dukungan alat yang sangat kuat untuk bisa melakukan peledakan bom dimana saja di Indonesia. Kelompok kepentingan kedua adalah pihak asing yang berkepentingan terhadap Indonesia. Mereka ingin memastikan kembali bahwa hegemoni mereka terhadap Indonesia tidak diganggu oleh adanya kepemimpinan nasional baru yang akan muncul memimpin Indonesia 5 tahun ke depan.

Dibalik berbagai motif peledakan bom ternyata terjadi pemanfaatan isu yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan berbagai isu yang sebenarnya tidak berhubungan secara langsung dengan pertistiwa tersebut, pemanfaatan momentum besar ini untuk menyerang lawan politiknya yang akhir-akhir ini menekanya dengan berbagai cara. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat “ Aksi teror ini diperkirakan dilakukan oleh kelompok teroris , mesikpun belum tentu jaringan terorisme yang kita kenal selama ini terjadi di bumi Indonesia “ katanya. Informasi yang beliau dapatkan berasal dari inteljen yang menyatakan adanya gerakan dari kelompok lainya. Disamping SBY juga menyampaikan ketidakpuasan pihak-pihak tertentu dengan hasil pemilu, ancaman teroris pada dirinya, pilpres, pemilu, orang yang tidak suka kalau SBY dilantik, dan pendudukan KPU. Entah apa niatan dari SBY, yang jelas pidato tersebut semakin membuat masyarakat tidak tenang dan gelisah dan sekali lagi rakyat menjadi alat dan permainan politik. Disamping itu sikap reaksioner SBY dengan menuding kiri kanan tanpa dilandasi dengan akurasi data yang valid berpotensi menimbulkan gesekan dengan pihak lain yang akan semakin menambah masalah yang sudah ada dan semakin memanaskan suhu politik Indonesia. Ibarat gunung merapi terlihat indah dari kejauhan padahal didalamnya terdapat magma yang siap untuk meletus. Sebagai seorang pemimpin seharusnya SBY tidak bersikap reaksioner seperti kemarin walaupun merasa sangat dirugikan, karena akan memperlihatkan sikap gegabah walaupun disisi yang lain memperilhatkan kecerdasanya dalam memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Hal tersebut dapat kita lihat dari beberapa fakta seperti foto-foto yang dibeberkan SBY ternyata foto-foto usang, pelakunya sudah ditangkap pada mei 2009 kemarin. Mungkin SBY ingin mengulang keberhasilan politik belas kasihan tahun 2004 yang berhasil melambungkan dan mengantarkanya ke kursi Presiden.
Peristiwa peledakan bom ini adalah pelajaran dan peringatan kepada para elit politik untuk segera merealisasikan program-program yang dijanjikan kepada rakyat tanpa manipulasi-manipulsi yang berpihak kepada kepentingan kelompok tertentu. Rakyat Indonesia hari ini memiliki pemahaman dan kecerdasan, kemampuan melihat suatu masalah tidak hanya dari satu sudut pandang , sehingga praktek-praktek penyelesaian konflik dengan kekerasan seperti zaman orde baru sudah tidak relevan lagi, karena penyelesain masalah denagn kekerasan akan menimbulkan kekerasan-kekerasan yang lain, akan lebih baik apabila dilakukan perubahan mindset dengan peningkatan kualitas pendidikan lebih khusus pendidikan agama serta perbaikan tingkat kesejahteraan tanpa adanya marginalisasi-marginalisasi keran-keran tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar